Minggu, 18 November 2012

Hai Cinta!

Aku bahagia ketika kicau burung itu mengabarkan tentang arti rasa. Cinta itu kunamai engkau. Dan tak pernah lelah engkau yang disini melukiskan setiap rasa dengan riang. Aku bercinta dengan engkau.

Mataku tergelak ketika benar kulihat sosok itu di ujung jalan. Berlari bayanganku memeluknya dengan sangat erat. Pelangi itu kunamai cinta. Dan aku tak pernanh menggenggamnya erat.

Hai cinta, tergambarkah aku disini bersamamu cinta? Tarianku belum berhenti selama kau masih berjalan didalamnya dan membawa cinta. Kunang-kunangpun ikut bersama membawakan pundi-pundi cinta untuk ditaburkan dalam setiap detik yang kau lalui cinta.

Pantai itu menungguku untuk datang menggenggam lenganmu. Aku berjalan cinta, dan kau adalah rasa yang mengindah seiring bersamanya.

Cinta, jangan pernah menjadi uap jika tak pernah turun kembai sebagai hujan. Pelangi-pelangi itu masih saya berdansa dan berdendang untukmu.

Rabu, 14 November 2012

Ku Tunggu Dititik Ini

Sore itu aku masih duduk di balik jendela.
Aku memandangi rintik hujan yang tak mau berhenti sedari tadi.
Sesekali terdengar bisikan angin yang kencang berjalan diatas dedaunan.
Aku rindu...

Kenapa kata "jarak" selalu menjadi momok yang menakutkan dalam hidup. Ingin rasanya kupotong jarak itu dengan gunting yang ada dalam genggaman. Hingga tak lagi ku lihat jauh dalam pandangan. Tapi aku tak mampu...

Hanya tetesan air itu yang senantiasa mengikuti perjalanan rindu mencari tempat bersandar. Sebuah rumah indah dengan segala kenyamanan yang ada didalamnya. Bukan hanya tempat singgah yang tak selamanya bisa berada disana. Aku rindu bersandar padamu...

Namun kadang lelah ini tak mau berkompromi dan memaksaku untuk berkali-kali menghentikan langkah. Entah, apa aku masih sanggup untuk mengejar waktu dan menuntaskan jarak menuju rumah indah itu?

Hingga saat ini aku telah berhenti lagi. Masih terlalu lelah rasanya untuk melanjutkan langkah. Kau tak berada disisiku menemaniku. Kau jauh disana, dan aku rindu.
Tak terhitung lagi berapa jumlah tapak yang ku tinggalkan bersama tetesan keringat seiring waktuku menemuimu. Tiap titik itu meninggalkan berjuta harapan dan pengharapan untuk melihatmu disana.

Aku memulai masa, dimana aku tak lagi mengharapmu sebagai rumah indah, melainkan akhir perjalanan. Perjalanan yang tak pernah usai ketika aku telah memulainya berabad-abad lalu. Aku masih mengenakan pita merah dilengan kiriku. aku sudah mengganti baju kebesaranku. Aku tanggalkan mahkota mewah dan jubah bertabur permata dari pundakku.

Aku siap untuk hidup. Aku siap untuk memulai pertemuanku denganmu. Aku menunggumu sampai dititik ini, dimana kita berjanji akan bertemu. Aku telah sedikit lama menunggumu. Semoga kau segera sampai....