Rabu, 23 Januari 2013

Perempuan Tangguh

Perempuan Tangguh
Itu mungkin label yang sering diberikan oleh orang-orang disekitarku.
Aku. Perempuan. Sebagai satu-satunya perempuan dalam saudara sekandung.
Menjadi anak paling cantik bukan lantas membuatku dimanja oleh mereka yang ku sebut orang tua.
Sebagai anak pertama dengan adik yang berusia 12 tahun dibawahku membuatku punya tangung jawab yang tidak bisa dikatakan sedikit. Aku harus bisa menjadi anak perempuan sekaligus anak laki-laki bagi ibuku. Membantunya membersihkan rumah, memasak, mencuci baju, dan melakukan pekerjaan rumah lain bagi perempuan.
Tapi aku juga harus siap ketika wanita yang telah mengandungku selama 9 bulan itu memintaku untuk mengantarnya kemanapun (baca: supir). Membawakan belanjaannya yang berat, atau membantunya memindahkan barang berat (baca: kulli). Semua pekerjaan laki-laki.
Dari situ aku berpikir, sebenarnya aku anak perempuan atau anak laki-laki, ataukan keduanya???
Tapi aku bersyukur, dengan semua hal yang diperintahkan oleh nyonya besar (baca: ibu) kepadaku membuatku bertumbuh menjadi gadis (atau pria?) yang mandiri dan tangguh. Aku terbiasa pergi kemanapun sendiri. Aku terbiasa melakukan apapun sendiri. Dan aku terbiasa menyimpan masalahku sendiri.
Harus berbangga atau bersedihkah?

Perempuan Tangguh
Sejujurnya tidak setangguh itu pula. Aku masih saja perempuan. Aku masih menangis ketika kurasa teralu berat beban yang aku tanggung. Kadang aku pun hampir merasa putus asa ketika terlalu penat udara yang aku hirup. Aku masih perempuan sewajarnya.

Namun kadang tidak ada yang mau mengerti dan tetap melihatku sebagai sosok yang mandiri. Memberiku kepercayaan seoah-olah aku bisa melakukannya sendiri. Membiarkanku sendirian seolah-olah aku begitu kuatnya karena aku terbiasa.

Aku masih perempuan normalnya..

Tidak ada komentar: