Selasa, 11 Juni 2013

Celotehan

Tahukah lagu yang kau suka,
Tahukah bintang yang kau sapa,
Tahukah rumah yang kau tuju,
Itu aku!

Mungkin kita nggak pernah merasakan bahwa apa yang dihadapan kita ini adalah yang terbaik. Begitu lah sifat manusia. Tidak pernah merasa puas. Tapi kadang heran dengan orang-orang yang selalu menjalani hidupnya dengan tenang. Seperti tanpa beban. Padahal, entah apa saja yang sedang dialaminya.

Bersyukur. Hanya itu kah? Sepertinya tidak.

Lalu seperti apa? Entahlah. Boleh survey dulu nggak?

Sepertinya mengamati, menganalisis, kemudian menulisnya itu menjadi seseuatu yang sangat asik sekarang. Mau lewat media apa? Apa saja deh. Kerjaan juga mewadahi kok. Tapi internet berkuota ini yang tidak merestuiku banyak mencari. Terbatas pada kuota. Mungkin seperti cinta anak pada orang tua ya?

Senin, 10 Juni 2013

Dia = Mood booster

Emosi, kemarahan, bad mood, capek?? Wajar.
Tapi nggak perlu lama, nggak perlu berlarut-larut. Nanti mukanya kusut.

Iya, seperti beberapa hari terkhir yang aku alami. Sebel sama kerjaan, merasa nggak diperhatiin pacar, capek dengan hidup. Akhirnya jadi sering uring-uringan sendiri dan kemudian nangis tanpa sebab.
Sebenarnya nggak butuh hal yang ribet sih. Hanya butuh teman bicara saja. Tapi kadang kebutuhan itu susah sekali terpenuhi, karena sudah benar-benar selektif memilih orang untuk berbagi cerita.

Moody. Agak susah sih mengontrol emosi. Hingga ada kesempatan untuk sedikit bersenang-senang. Dengan satu pikiran positif dan mencoba menuliskan kalimat positif dan mengirimkannya ke paccar yang sedang bikin manyun: "Nanti malam mingguan yuk..."
Alhamdulillah, suasana hati kemudian mejadi sedikit membaik. Ditambah lagi respon yang positif juga dari si penerima sms.
Berjalan lancar malam mingguannya. Sebenarnya hanya makan bareng dilluar, tapi kali ini di jam yang masih wajar, sekitar jam 9 malam (biasanya diatas jam 11). Kemudin jalan sebentar nyamperin salah seorang kawan dia. Yah, suasana ramainya malam minggu masih terasa lah...

Hari kedua manyun lagi. Ah, tapi entahlah. Ku rasa dia terlalu unik untuk bikin aku manyun lama-lama. Hanya karena sebuah kalimat yang disampaikan lewat bbm, aku langsung tertawa terbahak-bahak. Kemudian lanjut lagi jalan-jalan di jam yang sangat-sangat wajar. Jam 7 malam. Seneeeeeeeeng.... Aku jadi berasa menjadi manusia normal.. (^.^)

Diiringi dengan desakan yang membuat dia akhirnya menceritakan unek-uneknya. Oh God! Penutupan yang sempurna. Lagi-lagi sebuah pembelajaran. Buat aku, buat dia.

Ini adalah efek dari emosi. Efek positif tentunya.
Asalkan bisa menggiring kembali pikiran ke jalan yang benar, memandang dengan cara dewasa, introspeksi diri. Sepertinya aku akan sangat menikmati proses menuju sukses ini. Mendewasakan!


Terimakasih! (^_^)
Dia yang sering bikin manyun, tapi juga sekaligus tertawa terbahak-bahak.

Sabtu, 08 Juni 2013

Tentang Dia

Buat aku, dari dulu, cowok yang bawain ceweknya bunga itu keren. Cowok yang kasih kejutan kecil ketika ceweknya ulang tahun atau anniversarian itu so sweet banget. Dan kebetulan, aku cewek yang suka kejutan...

Pacarku...
Dia bukan orang yang romantis. Eh tapi romantis juga sih.. Eh, nggak juga...
Ah, tau ah.
Dia memang seperti itu..
Dia nggak pernah bawakan aku bunga, dia nggak pernah kasih aku kado, dia nggak pernah kasih aku kejutan. Iya, sama sekali. Bahkan ketika aku ulang tahun aja dia nggak hubungi aku selama 3 hari. (-_-")
Tapi dia dulu sering bikin aku meleleh dengan diksi-diksi yang dikirimnya melalui BBM.
Diksi-diksinya itu pula lah yang membuatku cinta pada bacaan pertama... (ceritanya kan gara-gara baca note dia)

Dia itu sabaaaaar banget. Selama beberapa kali pacaran (gini-gini aku dulu banyak fansnya.. hihihi) baru kali ini aku punya pacar yang sangat super duper sabar sekali. Hanya saja, aku sering kali mencoba menghabiskan kesabarannya dengan tingkahku. hehehe... Maap..

Dia selalu memandang segala sesuatu dari sisi positif. Bahkan ketika aku marah pun, dia melihat dari sisi positif. Kata dia, "Berarti adek makin sayang sama akunya."

Tapi aku tahu, dalam hati kecilnya pasti sempat terbesit kesel, marah, kecewa. Dia hanya berusaha berpikir positif saja. Meyakinan dirinya bahwa everythings gonna be ok. Dan hal itu yag ku sebut kebohongan.

Aku dan pacarku berbeda karakter. Aku orang yang ceplas ceplos dan tegas. Bilang iya kalau iya, bilang tidak kalau tidak. Sedangkan dia selalu berpikir dulu bagaimana baiknya. Akhirnya hal yang ideal yang diungkapkan. Itu pemikiran dia yang selalu positif.

Pernah berantem? Pastinya. Dua karakter yang aku sebut tadi kan hal yang sangat bertolak belakang. Tepatnya, lebih sering aku yang marah-marah dan kesel sendiri, dan dia tetap beranggapan nggak ada apa-apa. Niatnya biar akunya nggak makin marah. Bener sih, aku langsung diem. Iya diem, diem nggak mau ngomong sama sekali. hehehehe...

Tapi seru sih... Dengan begitu aku bisa belajar dewasa sekali lagi. Belajar menalar, belajar ikhlas, belajar syukur, belajar sabar, belajar mengartikan hidup dari sisi positif.

Sebenernya aku nggak tahu, apakah pacarku ini nantinya jadi jodohku atau bukan. Tapi yang jelas, semakin lama, sepertinya ada banyak hal yang harus dipelajari lagi. Dia nggak sesimpel yang aku tahu dulu, dan sepertinya akupun nggak sesimpel yang dia kenal dulu.
Aku rasa ini bukan karena kami yang semakin berubah, tapi mungkin karena kami menyelam semakin dalam. Semakin benar-benar berusaha mengerti satu sama lain. Sepertinya begitu..
Butuh proses untuk benar-benar mengerti seseorang, hingga akhirnya bisa menerima semuanya yang dimengerti secara tulus...

-Love you-

Jumat, 07 Juni 2013

"Aku Nggak Sedih Kok!"

Aku nggak sedih kok,
Ketika harus melihat satu per-satu teman seperjuangan bergandengan dengan mantan pacarnya dalam satu pernikahan.
Aku nggak sedih kok,
ketika berbalik ke kaca dan melihat diri sendiri yang masih begitu-begitu saja.
Beneran, aku nggak sedih kok!

Terdengar munafik nggak sih? Tapi bukankah memang begitu seharusnya?
Ikhlas, legowo, dan terus bersyukur dengan hidup yang tengah dihadapi.
Sulit sekali, benar-benar sulit sekali sebenarnya kawan. Tak jarang dari mata ini terus meleleh butiran-butiran bening, semkin lama semakin deras, tanpa seorangpun yang tahu. Hanya untuk mengurangi rasa perih, sah-sah saja kan?

Aku terus saja bertanya, kapan, kapan, kapan, dan kapan? Tapi semakin aku bertanya, semakin sakit saja rasanya. Mencoba untuk bahagia dan menjalani hidup dengan santai, ternyata nggak semudah itu kawan. Apalagi jika sudah ada satu trauma kecil dari pengalaman hidup sebelumnya. Bukannya nggak bisa move on, tapi disadari atau tidak itu menjadi satu bantu sandungan tak terlihat...

Hidup tidak untuk diratapi!
That's right. Tapi menangis itu bukan berarti meratapi kan? Bukankah semegah apapun langit tapi suatu ketika tetap saja menurunkan hujan. Iya, itu karena beban air di tubuh mereka sudah terlalu berat. Sama halnya dengan manusia kan?

Apa sih? Entahlah.